Wednesday, February 20, 2013

tips / cara menulis makalah yang baik dan benar



kuliah pasti tidak lepas dari tugas untuk membuat makalah. Nah disini akan saya berikan tips'ntrik cara membuat makalah yang baik dan benar.

ini dia : 



METODOLOGI PENULISAN MAKALAH YANG BAIK DAN BENAR



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Makalah merupakan salah satu jenis karya tulis ilmiah. Kedudukan makalah di perguruan tinggi sangat penting dan merupakan bagian dari tuntutan formal akademik. Menulis makalah bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Kadang orang bisa berbicara tentang suatu topik permasalahan, tetapi tidak bisa menulis kembali apa yang dibicarakan. Sebaliknya, ada orang yang pandai menulis makalah, tetapi tidak bisa membicarakan tulisannya. Namun, ada juga orang yang pandai menyampaikan dan menulis makalah. Khusus tentang kemampuan menulis makalah ini, hambatan yang dialami adalah penuangan ide dengan bahasa tulis. Dalam kaitan ini penulis dituntut memiliki kemampuan untuk menuangkan gagasan secara berjenjang. Kadang kala dalam menulis selalu muncul pertanyaan: apa yang akan ditulis, bagaimana menuliskannya, dan pantaskah disebut sebuah makalah.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan disajikan pengertian makalah, karakteristik makalah, jenis makalah, dan hal-hal yang perlu dipersiapkan ketika akan menulis makalah.

B.       Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut.
1.      Apa pengertian makalah?
2.      Bagaimana karakteristik makalah?
3.      Apa saja jenis makalah?
4.      Bagaimana sistematika penulisan makalah?
5.      Bagaimana tahap-tahap penyusunan makalah?

C.  Metode Pemecahan Masalah
            Metode pemecahan masalah yang dilakukan melalui studi literatur dari buku-buku yang membahas tentang bahasan terkait.

D.  Sitematika Penulisan Makalah
            Makalah ini ditulis ke dalam 3 bagian meliputi:
Bab I, bagian pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Metode Pemecahan Masalah, dan Sitematika Penulisan Makalah
Bab II, adalah pembahasan
Bab III, adalah bagian Penutup yang terdiri dari: Kesimpulan, dan Saran-saran.



BAB II
METODOLOGI PENULISAN MAKALAH YANG BAIK DAN BENAR

A.      Pengertian Makalah
Berbagai pengertian makalah dijelaskan berikut ini. Makalah adalah:
1.    tulisan resmi tentang suatu pokok yang dimaksudkan untuk dibacakan atau disajikan di muka umum (seminar, diskusi, panel) dan yang sering disusun untuk diterbitkan;
2.    karya tulis ilmiah mengenai suatu topik tertentu yang tercakup dalam ruang lingkup suatu perkuliahan;
3.    kertas kerja yang dibacakan dalam diskusi-diskusi ilmiah; dan
4.    karya tulis yang dsajikan pada forum diskusi, seminar dalam ilmu serumpun untuk memenuhi syarat kredit kumulatif pada pegawai edukatif yang akan mengajukan kenaikan pangkat.
            Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa:
1)   makalah adalah karya ilmiah;
2)   makalah itu bisa dibacakan atau diterbitkan; dan
3)   makalah itu dapat juga merupakan suatu ntugas untuk memenuhi persyaratan tertentu.
            Bagaimanakah wujud makalah itu? Untuk menjawab pertanyaan ini, tampaknya perlu digambarkan tentang karakteristik makalah. Dengan demikian, makalah dapat dibedakan dari karya ilmiah lainnya.

B.       Karakteristik Makalah
Pedoman penulisan karya ilmiah memaparkan bahwa makalah memiliki karakteristik sebagai berikut;
1.    merupakan hasil kaijan literatur dan atau laporan pelaksanaan suatu kegiatan lapangan seperti penelitian, penyuluhan dan pelatihan yang sesuai dengan cakupan permasalahan perkuliahan;
2.    mendeskripsikan pemahaman penulis tentang permasalahan teoritik yang dikaji atau kemampuan mahasiswa menerapkan suatu prosedur, prinsip, atau teori yang berhubungan dengan perkuliahan;
3.    menunjukkan kemampuan penulis terhadap isi dari berbagai sumber yang digunakan; dan
4.    menunjukkan kemammpuan penulis meramu berbagai sumber informasi dalam satu kesatuan sintesis yang utuh.

C.      Jenis Makalah
Ada dua jenis makalah yaitu:
1.    makalah biasa (common paper)
Makalah yang dibuat mahasiswa untuk menunjukkan pemahamannya terhadap permasalahan yang dibahas dari hasil membaca topik tertentu( bahasa, sastra, pendidikan, dll). Selain itu, makalah disusun secara deskriptif yang mengemukakan berbagai pendapat baik berupa kritik atau saran mengenai aliran atau pendapat yang dikemukakan, tetapi ia tidak perlu memihak salah satu aliran atau pendapat orang tersebut. Dengan demikian, dia tidak perlu berargumentasi  mempertahankan pendapat tersebut.
2.    makalah posisi (position paper)
Makalah disusun penulis untuk menunjukkan posisii teoritiknya dalam satu kajian tertentu (hasil penelitian bahasa, sastra, pendidikan, dll).
Biasanya isi  akalah menunjukkkan penguasaan pengetahuan tertentu, tetapi juga dipwersyratkan untuk menunjukkan di pihak mana ia berdiri.
D.      Sistematika Makalah
Penulisan makalah memilki suatu sistematika yang berbeda-beda, tergantung pada ketentuan lembaga atau editor yang akan menerbitkan makalah tersebut. Salah satu sistematika makalah terdiri atas: pendahuluan, isi dan penutup. Namun selain itu, dapat juga ditambahkan pokok-pokok bahasan lainnya. Sehubungan dengan itu, Keraf (1994: 229) menyebutkan bahwa sebuah karangan yang bagian pelengkap pendahuluannya terdiri dari judul, daftar isi dan kata pengantar atau kurang dari itu, maka karangan itu disebut sebagai karangan yang semiformal. Dengan demikian, makalah dapat kita kategorikan sebagai karangan semiformal.
Dapat pula, makalah memuat judul, abstrak, pendahuluan, kajian teori dan metode, hasil dan pembahasan, simpulan dan daftar pustaka. Secara rinci setiap butir diuraikan ebagai berikut.
Judul
Informatif, singkat, jelas berbentuk frasa bukan kalimat. Dibawah judul dicantumkan nama penulis tanpa derajat kesarjanaan dan tanpa alamat kerja. Data kesarjanaan dan alamat kerja dicantumkan dalam catatan kaki dalam satu halaman dengan judul
Abstrak
Abstrak memuat inti permasalahan (tema dan tujuan), cara penelitian dan hasil. Panjang abstrak tidak lebih dari 3% dari panjang naskah.
Pendahuluan
Pada bagian ini dikemukakan persoalan yang akan dibahas latar belakang masalah, masalah, prosedur pemecahan masalah, dan sistematika uraian.
Kajian Teori dan Metode
Kajian teori disusun berdasarkan relevansi yang diperlukan dalam penulisan makalah dan berisi penjelasan secukupnya tentang spesifikasinya dan. Metode mengandung uraian tentang cara kerja yang mencakup jalannya penelitian, analisis hasil, dan jika perlu menyebutkan metode statistik yang dipakai.
Hasil dan Pembahasan
Mendemonstasikan kemampuan penulis dalam menjawab, mendiskusikan, menyajikan, menganalisis, dan membahas masalah. Bagian isi ini boleh saja terdiri atas lebih dari satu bagian.
Simpulan
Bagian ini merupakan simpulan dan bukan merupakan ringkasan isi. Simpulan adalah makana yang diberikan penulis terhadap hasil diskusi/uraian yang telah dilakukannya dalam bagian isi. Dalam mengambil kesimpulan tersebut penulis makalah tentu saja harus kembali ke permasalahan yang diajukannya dalam bagian pendahuluan.
Daftar Pustaka
Daftar pustaka disusun dengan ketentuan lembaga atau editor yang akan menerbitkan.

E.     Tahap-tahap Penyusunan Makalah
Penulis makalah hendaknya membaca berbagai sumber dari berbagai aliran tentang topik yang sedang dibahas; membuat sutau sintesis dari berbagai pendapat yang ada. Kemudian memberikan simpulan; dan memiliki kemampuan menganalisis, membuat sintesis, serta mengevaluasi yang merupakan kemampuan mutlak.
Arifin dalam Karyanto (2007:107), menyatakan bahwa dalam kegiatan penyusunan karya ilmiah termasuk makalah, ada lima tahapan yang harus dilalui oleh para peneliti/penulis karangan ilmiah. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut.

I. Persiapan :
                - Pemilihan masalah/topijk
                - Penentuan judul
                - Pembuatan kerangka karangan
II. Pengumpulan data
                - Pencarian bahan bacaan (buku,dll)
                - Pengumpulan keterangan dari pihak yang kompeten 
                - Pengamatan langsung ke objek yang akan diteliti
                - Percobaan dan pengujian di lapangan/laboratorium
III. Pengorganisasian dan pengonsepan
                - Pengelompokan bahan
                - Pengonsepan
IV. Pemeriksaan dan penyuntingan konsep
                - Pembacaan dan pengecekan kembali
V. Penyajian
                - Pengetikan hasil

 

BAB III
PENUTUP

A.      Simpulan
            Sebagai salah satu jenis karya ilmiah, makalah merupakan karya tulis ilmiah mengenai suatu topik tertentu dalam ruang lingkup pembelajaran/perkuliahan. Makalah ada dua jenis yaitu makalah biasa dan posisi. makalah memuat judul, abstrak, pendahuluan, kajian teori dan metode, hasil dan pembahasan, simpulan dan daftar pustaka.

B.       Saran-saran
            Dengan memahami dan menguasai berbagai kaidah penulisan makalah melalui pedoman karya tulis ilmiah atau pedoman yang dikeluarkan oleh lembaga dan editor yang menerbitkan diharapkan penulis makalh dapat menulis makalah yang benar dengan baik. Setidaknya, dengan memahami metodologi penulisan makalah tersebut, para penulis makalah dapat menghindari kesalahan dalam sistematika penulisan makalah. Adapun kaitan dengan isi makalah atau gaya penulisan makalah, penulis perlu meningkatkan kemahirannya dalam memperagakan bahasa yang benar dengan baik sesuai Pedoman Umum Ejaaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
            Para dosen, guru, atau mahasiswa yang senantiasa bergerak dengan tulisan atau makalah, sangat besar peranannya dalam pembinaan bahasa dalam makalah. Oleh karena itu, sangat masuk akal jika para dosen, guru, mahasiswa perlu rajin membaca sebagai modal dasar bagi seorang penulis. Selain itu, kemauan (willingness), motivasi (motivation), dan kemampuan (ability) menulis merupakan modal dasar yang mutlak dimiliki oleh seseorang untuk menulis makalah.
            Bagi pemula, ketika memulai menulis makalah, jangan pikirkan harus langsung membuat makalah yang bagus. Biarkan mengalir. Toh ada pepatah, all of the first draft are shits”, semua tulispertama pasti kacau-balau. Setelah mendapatkan ide untuk menulis tentang suatu masalah, maka siapkan bahan-bahan (referensi) yang dapat mendukung pengembangan ide tersebut menjadi sebuah tulisan (makalah). Selanjutnya, tuangkan ide yang ada di pikiran sesuai sistematika penulisan makalah dan perhatikan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan makalah.

Filsafat islam Al -kindi



BAB  I
PENDAHULUAN

Tuhan menciptakan manusia beserta kelebihannya ( akalnya ). Akal itu terkadang dapat membawa manusia ke dalam kesesatan apabila tidak diimbangi dengan hubungan dengan Tuhan itu sendiri.
Pengembangan daya berpikir manusia itu dapat mencapai titik terang, dengan kata lain dapat menemukan “Dzat” Yang Esa. Di antaranya para filosof Islam seperti Al-Kindi, Al-Ghazali, Al-Farabi, dll.
Dalam pembahasan ini, kami mencoba meneropong tentang sekilas apa yang ada di dalam Al-Kindi, beserta keserupaan pendapatnya dengan alam pikiran Barat            ( Plotinus ).


BAB  II


PEMBAHASAN

HISTORIOGRAFI

Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq Al-Kindi ( 180 – 260 H / 796 – 873 M ) dilahirkan di Kufah. Ia memperoleh pendidikan masa kecilnya di Basra, tumbuh dewasa dan meninggal di Baghdad. Ayahnya, Ishak Ibn Ash-Shabah, adalah gubernur Basra pada masa pemerintahan khalifah Abbasiyah, Al-Hadi ( 785 – 786 M ) dan Harun Ar-Rasyid ( 786 – 809 M ). Di Baghdad, ia terlibat dalam gerakan penerjemah dan ia memiliki perpustakaan pribadi Al-Kindiyyah.
Jumlah karya tulis Al-Kindi sekitar 241 buah risalah, dalam lapangan filsafat, logika, psikologi , astronomi, kedokteran, kimia, matematika, politik, optik, dll.
Al-Kindi juga dijuliki sebagai filsuf Arab dan pernah memperoleh penghargaan tinggi dari khalifah Al-Mu’tasim. Di samping perlakuan baik, pernah juga ia diperlakukan secara buruk dari pihak-pihak yang iri kepadanya atau benci kepada filsafat, pada masa-masa sesudah khalifah Al-Mutawakkil.

A.  Filsafat Tuhan dan Alam
Sebagaimana halnya dengan filosof-filosof Yunani dan filosof-filosof Islam lainnya, Al-Kindi, selain dari filosfo, adalah juga ahli ilmu pengetahuan. Pengetahuan ia bagi ke dalam dua bagian :
1.      Pengetahuan ilahi (                      = Divine Science )
Sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur'an : yaitu pengetahuan langsung yang diperoleh Nabi dari Tuhan. Dasar pengetahuan ini ialah keyakinan.
2.      Pengetahuan manusiawi (                         = Human Science ) atau filsafat dasarnya ialah pemikiran ( rasio reason ). ( Harun Nasution, 1999 : 8 )
Falsafat baginya ialah pengetahuan tentang yang benar ( Knowledge of Truth ) dan falsafat yang paling tinggi ialah falsafat tentang Tuhan. Sebagaimana kata Al-Kindi :

“Filsafat yang termulia dan tertinggi derajatnya adalah filsafat utama, yaitu ilmu tentang yang benar pertama, yang menjadi sebab bagi segala yang benar”.
Kebenaran ialah bersesuaian apa yang ada dalam akal dengan apa yang ada diluar akal. dalam alam terdapat benda-benda yang dapat ditangkap dengan panca indera. Benda-benda ini merupakan Juz’iyat (                        , Particulars ), yang penting bagi falsafat bukan juz’iyat yang terhingga banyaknya itu, tetapi yang penting ialah hakikat yang terdapat dalam juz’iyat itu, yaitu kulliyat                     (               , universal, definisi ) tiap-tiap benda mempunyai dua hakikat :
Ø  Hakikatnya sebagai juz’i (                          ) dan ini disebut              ( aniyah ).
Ø  Dan hakikatnya sebagai kulli (                ) dan ini disebut sebagai                    (                   ) yaitu hakikat yang bersifat universal dalam bentuk genus dan species.
Tuhan dalam falsafat Al-Kindi tidak mempunyai hakikat dalam arti aniyah atau mahiyah. Tidak aniyah karena Tuhan tidak masuk dalam benda-benda yang ada dalam alam. Bahkan ia adalah pencipta alam, ia tidak tersususn dari materi dan bentuk (                      ). Tuhan juga tidak mempunyai hakikat dalam bentuk mahiyah, karena Tuhan tidak merupakan genus atau species. Tuhan hanya satu, dan tidak ada yang serupa dengan Tuhan. Tuhan adalah unik, ia adalah                    ( yang benar pertama ) dan                     ( yang benar tunggal ), ia semata-mata satu. Hanya ialah yang satu, selain dari Tuhan semuanya mengandung arti banyak. ( Harun Nasution, 1999 : 9 ).
Salah satu argumen untuk menunjukkan adanya Tuhan berawal dari upaya untuk menunjukkan bahwa alam semesta ini mustahil tidak tebatas, baik dari segi besarnya maupun dari waktu. Sekiranya alam ini tak terbatas, minimal alam ini terbagi dua, maka pertanyaannya pun mengarah kepada besar dari masing bagian. Karena bagian harus lebih kecil dari pada keseluruhan, maka bagian pertama pun terbatas dan bagian kedua terbatas pula. Bila kedua bagian itu dijumlahkan ( disatukan ) berarti bagian yang terbatas ditambah dengan bagian yang terbatas, maka jumlahnya terbatas. Padahal semula telah diandaikan seluruh alam ini tak terbatas. ( Taufik Abdullah, 2002 : 180 ). Bila setiap bagiannya diandaikan tidak terbatas, suatu kemustahilan terjadi, karena bagian tidak mungkin sama besarnya dengan keseluruhan. Jadi alam semesta ini haruslah terbatas.
Hal-hal yang termuat dalam sesuatu yang terbatas adalah dengan sendirinya terbatas pula. Setiap sesuatu yang termuat dalam massa seperti kuantitas, atau tempat, atau gerak, atau waktu yang merupakan pemisah gerak itu, yaitu keseluruhan apa saja yang termuat dalam masa adalah terbatas ( terhingga ) pula, sebab masa adalah terhingga. ( Nurcholish Madjid, 1994 : 90 ).
Jadi massa keseluruhan alam adalah terbatas, dan setiap sesuatu yang termuat didalamnya itu dan seterusnya adalah demikian pula.
Hanya saja, bila massa keseluruhan alam bisa secara angan-angan ditambahi secara tak habis-habisnya dengan cara membayagnkan bahwa alam itu lebih besar dari pada yang ada, kemudian masih lebih besar laig secara tak berkesudahan – maka sebenarnya alam itu tah terhingga untuk bertambah-tambah demikian hanyalah dari sudut kemungkinan belaka. Jadi alam hanya secara potensial tak terbatas ( tak terhingga ), sebab potensi tidak lain ialah kemungkinan; kami maksudkan, bahwa berkenaan dengan sesuatu yang diistilahkan sebagai secara potensial itu, maka apa pun yang ada dalam sesuatu yang secara potensial tak terhingga itu adalah secara potensial tak terhingga pula.
Termasuk dalam hal diatas adalah gerak dan waktu. Sebab apa yang tak terhingga hanyalah ada secara potensial; sedangkan secara actual, tidak mungkin ada sesuatu yang tak terhingga.
Maka telah menjadi jelas bahwa tidak mungkin ada waktu secara actual yang tak terhingga. Waktu adalah waktu bagi massa keseluruhan alam; kami maksudkan, periode alam itu. Kalau waktu itu terhingga ( terbatas ) maka hakekat massa adalah terhingga pula. Sebab waktu itu tidak berwujud.
Tidak ada massa tanpa waktu, sebab waktu ialah tidak lain bilangan gerak, yakni bahwa waktu adalah periode yang terhitungkan oleh gerak, maka bila ada gerak, ada waktu; dan bila tidak ada gerak, tidak ada waktu. Setiap massa mempunyai periode, yang keadaan dimana massa itu suatu esensi, yakni keadaan yang padanya massa itu merupakan sesuatu. Massa tidak bisa mendahului gerak. Massa itu tidak bisa mendahului periode yang terhitungkan oleh gerak. Jadi massa, gerak dan waktu tidak bisa saling mendahuli dalam esensinya; semuanya itu ada secara bersamaan.
Argumen lain yang dikemukakan Al-Kindi dapat dirangkum sebagai berikut :
Sebenarnya fenomena-fenomena emopiris cukup jelas menunjukkan adanya pengaturan oleh pengatur awal, pengatur bagi setiap pengatur, pelaku bagi setiap pelaku, pengada bagi setiap pengada, dan sebab bagi setiap sebab. Kenyataan demikian hanya dapat di insafi oleh orang yang alat inderanya di sinari oleh akalnya. Tujuan dan sandarannya adalah kebenaran, dasar bagi kesimpulan dan keputusannya adalah kebenaran. Ia menjadikan akal sebagai penilai disisinya dalam setiap konflik batinnya. Sesungguhnya, kata Al-Kindi, ketertiban alam ini, baik susunannya, interaksinya, kaitan antara bagian dengan bagiannya, tunduknya suatu bagian pada bagian yang lain dan kekokohan strukturnya diatas landasan prinsip yang terbaik bagi proses menyatu, bercerai-berai, muncul dan lenyapnya sesuatu dalam alam ini. Semua adalah indikasi terbesar yang menunjukkan adanya pengaturan yang mantap dan kebijaksanaan yang kokoh dan dengan demikian tentulah ada pengatur yang Bijaksana, yaitu Allah SWT.
Tuhan adalah Yang Maha Esa dalam arti sesungguhnya, sedangkan esa-esa yang lain yang terdapat dalam alam, hanyalah dalam arti majazi ( metaforis ). Keesaan Tuhan tidak mengandung kejamakan, sedangkan esa-esa yang lain tidak sunyi dari kejamakan itu. ( Taufik Abdullah, 2002 : 181 ). Dalam menegakkan pahak keesaan Tuhan, Al-Kindi memustahilkan paham ketuhanan Trinitas ( Tiga Persona Tuhan Yang Maha Esa ). Tidak mungkin, katanya; Tuhan Yang Maha Esa memiliki tiga persona : Bapak, Anak dan Roh Kudus, karena itu berarti bahwa ketiga persona itu dan ada sifat khusus bagi setiap persona. Apa yang tersusun tidaklah abadi dan dengan demikian, menurut Al-Kindi, muntahil Tuhan itu Trinitas.



B.   Jiwa dan Hidup Sesudah Mati
Al-Kindi menulis bahwa jiwa manusia itu sederhana ( tidak tersusun ) tetapi mempunyai arti penting, sempurna dan mulai. Substansinya berasal dari substansi Tuhan seperti hubungan cahaya dengan matahari.
Menurut Al-Kindi, roh adalah lain dari badan dan mempunyai wujud sendiri. Perbedaan antara roh dan badan terletak pada argumen sebagai berikut : keadaan badan mempunyai Carnal Desire dan Passion. Roh menentang keinginan Carnal Desire dan Passion. ( Harun Nasution, 1999 : 10 ).
Dengan perantaraan rohlah manusia memperoleh pengetahuan yang sebenarnya. Ada dua macam pengetahuan : Pengetahuan Panca Indra dan Pengetahuan Akal. Pengetahuan panca indra hanya mengenai yang lahir-lahir saja. Dalam hal ini manusia dan binatang sama. Pengetahuan akal merupakan hakikat dan hanya dapat diperoleh oleh manusia tetapi dengan syarat ia harus melepaskan dirinya dari sifat binatang yang ada dalam tubuhnya.
Bila tujuan manusia di alam dunia ini hanya untuk mendapatkan kelezatan makan dan minum, niscaya tertutup jalan bagi potensi pikirnya untuk mengetahui hal-hal mulia, dan tidak mungkin baginya mencapai kualitas menyerupai Allah SWT. Potensi syahwat pada manusia dianalogikan oleh Al-Kindi sebagai babi, dan potensi marah dengan anjing, sedangkan potensi pikir dengan malaikat. Siapa yang dikuasai oleh salah satu dari ketiga sifat diatas maka tujuan hidupnya seperti yang di ilustrasikan di atas.
Bila Tuhan memiliki kebijaksanaan, kekuasaan, keadilan, kebaikan, keindahan dan kebenaran maka tidaklah mustahil bila manusia dapat merealisasikan sifat yang dimiliki oleh Tuhan, dalam batas kemampuannya sebagai manusia. ( Taufik Abdullah, 2002 : 182 ).
Keinginan badan yang ditinggalkan itu dapat mengakibatkan kebersihan roh dari noda kebendaan dan senantiasa berpikir tentang hakikat wujud dan akan menjadi suci.
Ilustrasi akan roh itu seperti halnya dengan cermin, bila roh itu kotor maka tidak dapat menerima pengetahuan yang dipancarkan oleh cahaya yang berasal dari Tuhan.
Roh bersifat kekal dan tidak hancur seperti hancurnya badan. Ia tidak hancur karena substansinya berasal dari substansi Tuhan. Selama roh berada dalam badan roh tidak memperoleh kesenangan yang sebenarnya dan pengetahuannya tidak akan setara dengan roh pada saat keluar dari jasad. Ketika setelah roh berderai dari jasad, roh itu baru mendapat kesenangan yang sebenarnya dalam bentuk pengetahuan yang lebih.
Setelah bercerai dengan badan, roh akan pergi ke Alam Kebenaran didalam lingkungan cahaya Tuhan, dekat dengan Tuhan dan dapat melihat Tuhan. Hanya roh yang sudah suci di dunia ini yang dapat pergi ke Alam Kebenaran itu. Roh yang masih kotor dan belum bersih pergi dahulu ke falak bulan. Setelah berhasil membersihkan diri di sana, barulah ia pindah ke falak Merkuri, dan demikianlah naik setingkat demi setingkat hingga ia akhrinya setelah benar-benar bersih, sampai ke Alam Akal dalam lingkungan cahaya Tuhan dan melihat Tuhan. ( Harun Nasution, 1999 : 12 ).
Intinya bahwa setiap jiwa, baik secara langsung maupun tidak, akan mengalami pengembaraan yang berarti penderitaan dan pensucian dahulu, baru akan memasuki alam ketuhanan dan menikmati kebahagiaan surgawi yang bersifat spiritual.
Jiwa mempunyai tiga daya : daya bernafsu ( appetitive ), daya pemarah           ( irascible ) dan daya berpikir ( cognitive facalty ). Daya berpikir itu disebut akal, yang menurut Al-Kindi ada tiga macam, yaitu akal yang bersifat potensial, akal yang telah keluar dari sifat potensial menjadi actual dan akal yang telah mencapai tingkat kedua dari aktualitas.
Akal yang bersfiat potensial tidak bisa mempunyai sfat aktual maka tidak ada kekuatan yang menggerakkannya dari luar. Akal yang menggerakkan dari luar itu, disebut oleh Al-Kindi sebagai akal yang selamanya dalam aktualitas. Akal inilah yang membuat akal yang bersifat potensial dalam roh manusia menjadi aktual. Akal inilah yang membuat akal yang merupakan akal pertama, selamanya dalam aktualitas, merupakan species dan genus, membuat akal potensial menjadi aktual berpikir, berbeda dengan akal potensial bagi Al-Kindi manusia disebut menjadi           ( akli ) jika ia telah mengetahui universal, jika ia telah memperoleh akal yang di luar itu.
Akal pertama ini bagi Al-Kindi mengandung arti banyak karena                   dia adalah universal. Dalam limpahan Yang Maha Esa, akal inilah yang                    pertama-tama merupakan yang banyak.

C.  Keadaan Yang Pertama ( Yang Esa )
Dalam istilah filsafat, yang dimaksud dengan istilah “Yang Esa” dari Plotinus ialah bahwa “IQ” menempati tingkatan tertinggi dari semua tingkatan wujud ini, yang dinamakannya “Yang Pertama” atau “Wujud Yang Tertingi”. Ia “Esa” dari segala segi, dalam hakikat maupun dalam gambaran pikiran kita, tidak ada pluralitas dalam zatnya. Karena keesaannya yang mutlak, maka ia tidak bisa dikatakan “akal” ( pikiran ) ataupun “ma’qul” ( yang dipikirkan ) karena sifat-sifat tersebut menimbulkan pluralitas, sekurang-kurangnya dalam pikiran. Ada “akal” berarti ada “ma’qul” dan ada ma’qul berarti ada “akal”, meskipun akal dan ma’qul itu zatnya sendiri juga yang satu itu, ia bukan jauhar, bukan pul aradl                  ( accident ), sebab kedua sifat ini tidak lepas satu sama lain, yang berrti juga menimbulkan pluralitas. ( Ahmad Hanafi, 1990 : 34 ).
Untuk mempertahankan keesaan Tuhan yang mutlak, maka Plotinus menjauhkannya dari segala pemikiran manusia yang bisa menimbulkan pluralitas, meskipun hanya dalam gambaran pikiran kita. Karena itu Plotinus mengatakan bahwa ia di luar wujud dan di luar akal pikiran ( tidak sama dengan yang ada dalam pikiran dan tidak bisa dipikirkan ). Meskipun Plotinus berusaha untuk tidak mensifati Tuhan dengan sifat-sifat yang bisa mempengaruhi keesaan-Nya namun ia sendiri mensifati Tuhan dengan sifat “kebaikan”, meskipun tidak dimasukkan bahwa sifat kebaikan itu berdiri sendiri, tetapi kebaikan itu adalah hakikat zat Tuhan sendiri. jadi zat dan kebaikan adalah satu kesatuan. Akan tetapi pensifatan ini tidak bisa mengelakkan yang diberi kebaikan.



BAB  III

S I M P U L A N


v  Al-Kindi membagi pengetahuan menjadi 2 kategori yaitu pengetahuan ilahi dan pengetahuan manusiawi.
v  Falsafat termulia ( menurut Al-Kindi ) adalah falsafat utama, yaitu ilmu yang menjadi sebab bagi segala yang benar.
v  Tuhan dalam falsafat Al-Kindi tidak mempunyai hakikat dalam arti aniyah atau mahiyah dan tidak merupakan genus dan species.
v  Keseluruhan alam adalah terbatas, besar dan terbatas zamanya; serta massa, gerak, dan waktu tidak bisa saling mendahului dalam essensinya.
v  Tiap-tiap benda mempunyai dua hakikat yaitu hakikat juz’i dan kulli.
v  Roh berasal dari substansi Tuhan dan jiwa manusia itu sederhana, mempunyai arti penting serta mulia.
v  Jiwa mempunyai tiga daya : daya bernafsu, pemarah dan berpikir.
v  Daya berpikir itu disebut akal, yang menurut Al-Kindi ada tiga macam yatiu akal potensial, akal yang keluar dari sifat potensial menjadi aktual dan akal yang telah mencapai tingkat kedua dari aktualitas.
v  Selain tiga macam tadi, ada satu lagi yaitu akal yang selamanya dalam aktualitas.
v  Yang Esa ( Plotinus ) adalah ia menempati tingkatan tertinggi.